Thursday, 16 June 2011

Back To the Nature_TemuPutih



Sistematika Tumbuhan
Temu Putih
Curcuma zedoaria (Berg.) RoscoeNama umum
Indonesia:Temu putih
Inggris:Setwall, white turmeric
Vietnam:Bong truat
Thailand:Kha min oi
Pilipina:Luya luyahan
Cina:yu jin, jiang huang

Curcuma zedoaria

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Commelinidae
                         Ordo: Zingiberales
                             Famili: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
                                 Genus: Curcuma
                                     Spesies: Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe

Kerabat Dekat
Temu HitamTemu GiringKunyitKunyit ManggaTemu PutriTemu LawakKunyit Merah




sumber: 


Nama lain
White turmeric (Inggris), Zittwer (Jerman), Kachur / Ambhalad (India), dan Cedoaria (Spanyol) (Heyne, 1987).



Pertelaan / deskripsi menurut Gunawan (1988)
  • Perawakan : herba setahun, dapat lebih dari 2 m.
  • Batang : berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwarna coklat muda-coklat tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat dan aromatik.
  • Daun : tunggal, pelepah daun pembentuk batang semu berwarna hijau coklat tua, helaian 2-9 buah, bentuk memanjang lanset 2,5 kali lebar yang terlebar, ujung runcing meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak coklat ungu di tulang daun pangkal, 43-80 cm atau lebih. Daun pelindung berjumlah banyak.
  • Bunga : majemuk, susunan bulir, di ketiak rimpang primer tangkai berambut.
  • Kelopak : berjumlah tiga daun, berwarna putih atau kekuningan, bagian tengah berwarna merah atau coklat kemerahan, 3-4 cm.
  • Mahkota : tiga daun, putih kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm.
  • Benangsari : satu buah tidak sempurna, bulat telur terbalik, kuning terang, 12-16x10- 11,5 mm, tungkai 3-5 x 2-4 kepala sari, 6 mm.
  • Buah : berambut rata-rata 2 cm.



Ekologi dan Penyebaran
Temu putih ditemukan tumbuh liar pada tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian 0–10000 m dpl. Temu putih ditemukan di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, Ambon, hingga Irian serta dibudidayakan di India, Bangladesh, Cina, Madagaskar, Filipina, dan Malaysia (Dalimartha, 2005).

Kandungan Kimia
Rimpang temu putih mengandung zat warna kurkumin (diarilheptanoid), minyak atsiri (Soedarsono, 1996), selain itu juga mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit lemak (Dalimartha, 2005).

Sifat dan Khasiat
Rimpang temu putih rasanya pedas, hangat, berbau aromatik.Temu putih termasuk tanaman obat yang menyehatkan darah. Rimpang temu putih berkhasiat antikanker, antiradang (antiflogistik), melancarkan aliran darah, tonik pada saluran cerna, peluruh haid (emenagog) dan peluruh kentut (Dalimartha, 2005).Selain itu berkhasiat untuk mengatasi memar, luka, keseleo, terantuk, terpukul, bisul (furunculus), bengkak, rematik, pegal linu, sengatan kalajengking atau ular (penawar racun/bisa), memulihkan tenaga sehabis melahirkan, menambah nafsu makan,menghilangkan nafas bau, cacingan, ambeien (hemorrhoids), demam, sakit gigi, jantung koroner, TBC, asma, radang saluran nafas (bronchitis), mencegah pembengkakan limpa dan mencegah kanker servik (Hariana, 2006). Khasiat lainnya yaitu sebagai antiinflamasi (Makabe dkk, 2006), analgesik (Ali dkk, 2004), antimikroba (Bugno dkk, 2007) dan antikanker (Syu dkk, 1998).

sumber : Dalimartha, S. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Trubus Agriwidya. Jakarta.
Gunawan, L. W., 1988. Teknik Kultur Jaringan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sudarsono., 1996. Daftar Tanaman Obat dan Khasiatnya. Jakarta







Fitokimia_Ekstraksi Polisakarida

Cara yang Dianjurkan 


Langkah Kerja Ekstraksi Umum

pemisahan polisakarida dari daun atau jaringan tumbuhan lain memerlukan suatu rangkaian ekstraksi yang secara terpisah menghilangkan senyawa berbobot molekul rendah dan polisakarida yang larut air. setelah ekstraksi berulang, sisa akan terdiri atas selulosa yang kira0kira murni. berbagai langkah kerja yang paling umum dipakai adalah sebagai berikut: 
  • kandungan berbobot molekul rendah dengan mudah dihilangkan dengan ekstraksi-habis memakai etanol mendidih. bila jaringan kaya akan lipid (misalnya biji), lebih baik menghilangkannya dengan ekstraksi menggunakan aseton yang dilanjutkan dengan eter-benzena (1 : 1). polisakarida netral dan larut dalam air sekarang diekstraksi memakai laritan NaCl 1% atau air mendidih. polisakarida tersebut didapatkan kembali dari larutan dengan menuangkan ekstrak itu ke dalam beberapa volume alkohol, dan terjadi pengendapan.
  • pektin diperoleh dari sisa tersebut di atas dengan ekstraksi memakai amonium oksalat 0,5% dan selanjutnya diendapkan dari larutan setelah pengasaman dan penuangan ke dalam alkohol. pada tahap ini lignin dihilangkan dengan ekstraksi memakai natrium klorit 1% PADA 70°C selama satu jam. bila jaringan kaya akan lignin, langkah kerja ekstraksi harus diulang beberapa kali. cara lain mengawaliligninkan dapat dilakukan dengan ekstraksi memakai kloramin-T (natrium p-toluena-sulfonkloramida) dan etanolamina. ekstrak ini dibuang dan sisa dicuci, kemudian dikeringkan.
  • kini hemiselulosa dihilangkan dengan mengekstraksi sisa dengan NaOH 7-12% dalam suasana gas nitrogen pada suhu kamar selama 24 jam. untuk memisahkan hemiselulosa secara sempurna, langkah kerja ekstraksi hendaknya diulang juga sekurang-kurangnya dua kali. hemiselulosa didapatkan kembali dengan mengasamkan ekstrak basa dengan asam asetat dan mengendapkannya dengan etanol. bahan yang tersisa kemudian dicuci betul-betul dan dikeringkan; ini merupakan fraksi selulosa murni.
  • berbagai fraksi polisakarida yang diperoleh itu kemudian difraksinasi lebih lanjut dan dimurnikan dengan berbagai langkah. pemisahan polisakarida linier dan bercabang dalam sembarang fraksi sering kali diperlukan. hal ini dapat dilaksanakan dengan mereaksikannya dengan iodium seperti ditunjukkan di bawah. kromatografi pertukaran ion dan kromatografi Sephadex dapat juga diterapkan pada fraksinasi polisakarida. 
sumber : Harborne, J.B.1987.Metode Fitokimia. Edisi kedua. ITB. Bandung.